Jumat, 29 Maret 2013

Menyeimbangkan Fungsi Otak Kiri dan Kanan Dalam Pembelajaran
Oleh : Drs.Halim Mansyur Siregar

            Di tengah berlangsungnya KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) barangkali ibu dan bapak guru pernah atau bahkan sering menjumpai ada beberapa siswa yang melakukan hal-hal semisal menghayal, menggambar-gambar sesuatu di buku, iseng mengganggu teman sebangku maupun perbuatan-perbuatan lain yang sebetulnya tidak perlu dan tak ada kaitannya dengan topik pembelajaran saat itu.
            Beragam pula mungkin reaksi yang kita tunjukkan dalam menyikapi ataupun mengatasi tingkah polah anak-anak didik tadi. Boleh jadi ada yang marah dibuatnya. Atau ada juga yang sekadar mengingatkan dengan lemah lembut kepada mereka agar kembali fokus terhadap pelajaran. Bahkan ada pula yang ‘cuek bebek’ alias pura-pura tidak tahu dan masa bodoh dengan keadaan demikian. Serta banyak lagi kemungkinan lain yang ditimbulkan.
            Apapun tindakan tersebut, sepanjang bersifat dan berniat untuk mendidik mereka ke arah yang lebih baik tentulah manusiawi dan sah-sah saja. Namun selaku pendidik, sebaiknya kitapun mesti introspeksi diri daripada larut terbawa emosi. Senantiasa berpikir positif dan selalu berupaya mencari serta menemukan akar permasalahannya untuk kemudian memperoleh jalan keluar mengatasi situasi dan kondisi seperti ini agar tidak terulang dan terulang lagi berkali-kali.
            Perlu sama kita ketahui, seiring berkembang pesatnya kemajuan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini kiranya telah ditemukan bahwa pada otak manusia terdapat bagian yang disebut dengan otak kanan dan otak kiri di mana masing-masing memiliki fungsi tersendiri (khusus). Penemuan dan penelitian tersebut juga membuktikan bahwa ternyata selama ini otak kiri para peserta didiklah yang sangat dominan kita aktifkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Sementara otak kanan nyaris sama sekali tiada digunakan.
            Itulah salah satu penyebab mengapa fenomena letih,  lesu dan tak bergairah serta bosan menerpa sebagian siswa kita di kala mengikuti pelajaran. Karena otak kiri mereka terus dipacu untuk bekerja, sedangkan otak kanan tidak dilibatkan. Akibatnya, otak kiri si anak bakal kelelahan dan akan menyerap lebih banyak oksigen serta glukosa tubuhnya sehingga otak bagian kanan justru menjadi kekurangan. Reaksi (kompensasi) spontan dari otak kananlah sesungguhnya yang mereka perlihatkan.
            Masih menurut penelitian dimaksud, apabila penggunaan otak kiri seseorang lebih dominan maka belajar akan lebih baik dimulai dari bagian per bagian baru secara keseluruhan. Sebaliknya, kalau lebih dominan otak kanan maka belajar akan lebih baik dimulai dulu dari keseluruhannya barulah kemudian bagian per bagian.
            Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar membutuhkan metoda yang melibatkan otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Menampilkan gambar-gambar, membuat gerakan-gerakan tertentu, menyelinginya dengan cerita atau bahkan memutar dan memperdengarkan musik, film dan sebagainya di sela aktifitas pembelajaran merupakan suatu bentuk yang ‘direkomendasikan’. Tentu saja cerita, musik dan film yang dimaksud adalah yang mengandung nilai-nilai positif (kebaikan) dalam upaya memacu semangat belajar dan kreatifitas para peserta didik. Sudahkah kita mencoba menerapkannya (?)***
Penulis : Guru SMPN-2 Pegajahan, Serdang Bedagai 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar