Menyeimbangkan Fungsi Otak Kiri dan Kanan Dalam Pembelajaran
Oleh : Drs.Halim Mansyur Siregar
Di tengah berlangsungnya KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar) barangkali ibu dan bapak guru pernah atau bahkan
sering menjumpai ada beberapa siswa yang melakukan hal-hal semisal menghayal,
menggambar-gambar sesuatu di buku, iseng mengganggu teman sebangku maupun
perbuatan-perbuatan lain yang sebetulnya tidak perlu dan tak ada kaitannya
dengan topik pembelajaran saat itu.
Beragam pula mungkin reaksi yang
kita tunjukkan dalam menyikapi ataupun mengatasi tingkah polah anak-anak didik
tadi. Boleh jadi ada yang marah dibuatnya. Atau ada juga yang sekadar
mengingatkan dengan lemah lembut kepada mereka agar kembali fokus terhadap
pelajaran. Bahkan ada pula yang ‘cuek bebek’ alias pura-pura tidak tahu dan
masa bodoh dengan keadaan demikian. Serta banyak lagi kemungkinan lain yang
ditimbulkan.
Apapun tindakan tersebut, sepanjang
bersifat dan berniat untuk mendidik mereka ke arah yang lebih baik tentulah
manusiawi dan sah-sah saja. Namun selaku pendidik, sebaiknya kitapun mesti introspeksi
diri daripada larut terbawa emosi. Senantiasa berpikir positif dan selalu
berupaya mencari serta menemukan akar permasalahannya untuk kemudian memperoleh
jalan keluar mengatasi situasi dan kondisi seperti ini agar tidak terulang dan
terulang lagi berkali-kali.
Perlu sama kita ketahui, seiring
berkembang pesatnya kemajuan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini
kiranya telah ditemukan bahwa pada otak manusia terdapat bagian yang disebut
dengan otak kanan dan otak kiri di mana masing-masing memiliki fungsi
tersendiri (khusus). Penemuan dan penelitian tersebut juga membuktikan bahwa
ternyata selama ini otak kiri para peserta didiklah yang sangat dominan kita
aktifkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Sementara otak kanan nyaris
sama sekali tiada digunakan.
Itulah salah satu penyebab mengapa
fenomena letih, lesu dan tak bergairah
serta bosan menerpa sebagian siswa kita di kala mengikuti pelajaran. Karena
otak kiri mereka terus dipacu untuk bekerja, sedangkan otak kanan tidak
dilibatkan. Akibatnya, otak kiri si anak bakal kelelahan dan akan menyerap
lebih banyak oksigen serta glukosa tubuhnya sehingga otak bagian kanan justru
menjadi kekurangan. Reaksi (kompensasi) spontan dari otak kananlah sesungguhnya
yang mereka perlihatkan.
Masih menurut penelitian dimaksud,
apabila penggunaan otak kiri seseorang lebih dominan maka belajar akan lebih
baik dimulai dari bagian per bagian baru secara keseluruhan. Sebaliknya, kalau
lebih dominan otak kanan maka belajar akan lebih baik dimulai dulu dari
keseluruhannya barulah kemudian bagian per bagian.
Oleh karena itu, kegiatan belajar
mengajar membutuhkan metoda yang melibatkan otak kiri dan otak kanan secara
seimbang. Menampilkan gambar-gambar, membuat gerakan-gerakan tertentu,
menyelinginya dengan cerita atau bahkan memutar dan memperdengarkan musik, film
dan sebagainya di sela aktifitas pembelajaran merupakan suatu bentuk yang
‘direkomendasikan’. Tentu saja cerita, musik dan film yang dimaksud adalah yang
mengandung nilai-nilai positif (kebaikan) dalam upaya memacu semangat belajar
dan kreatifitas para peserta didik. Sudahkah kita mencoba menerapkannya (?)***
Penulis : Guru SMPN-2 Pegajahan,
Serdang Bedagai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar