Jumat, 29 Maret 2013


Pendidikan serta Semangat Persatuan dan Kesatuan                       

Mengantarkan Indonesia Meraih Kemerdekaan

Oleh : Drs. Halim Mansyur Siregar  

Dari sejumlah negara di dunia bisa dikatakan Indonesia termasuk salah satu yang potensi disintegrasinya  menduduki posisi tertinggi. Penyebabnya antara lain adalah keanekaragaman etnik, bahasa, agama, budaya dan sebagainya. Kesenjangan (ketidakseimbangan) berbagai kelompok masyarakat ini di bidang ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan lain-lainnya tentu saja dapat menjadi ‘bom waktu’ yang siap meledak jika tidak diantisipasi secara bijak. 
Bahkan ancaman tersebut sebenarnya telah ada sejak negeri kita lahir sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Baik dengan latar belakang ideologis maupun atas dalih separatis.
Bagaimanapun sejarah telah membuktikan bahwa apabila kita terpecah belah maka kita akan tetap menjadi bangsa yang terjajah. Jika jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia  tidak kita miliki maka kita bakal kehilangan kekuatan dan mudah diadu domba. Karenanya, persatuan dan kesatuan itu menjadi sesuatu yang mutlak untuk dipertahankan. Singkat kata, agar menjadi bangsa yang besar dan kuat serta disegani dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain maka kita harus tetap bersatu padu. Semangat  ‘Bhinneka Tunggal Ika’ harus senantiasa terjaga. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan mengenali dan mengenang kembali sejarah perjuangan bangsa kita di masa lalu.
Di antara momen terpenting bersejarah tersebut ialah suatu hari yang kita kenal dengan sebutan Hari Kebangkitan Nasional. Hari yang jatuh pada tanggal 20 Mei 1908 ini merupakan tonggak sejarah yang ditandai dengan tumbuhnya kembali kesadaran berbangsa yang dilandasi oleh semangat persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat Indonesia.
Dikatakan tumbuh kembali karena memang jauh sebelum itu sebenarnya  kita sudah pernah merasakan hal serupa. Proses panjang dimaksud sebetulnya telah dimulai sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit. Di era keemasannya kedua kerajaan ini memiliki wilayah pemerintahan (kekuasaan) yang bahkan ada  melewati batas teritorial NKRI sekarang.
Dengan masuknya bangsa-bangsa Eropa, lambat laun kegemilangan itupun menjadi sirna. Selanjutnya, masa-masa penderitaanlah yang datang menggantikan. Tiada lain faktor utamanya adalah hampanya semangat persatuan dan kesatuan akibat politik ‘devide et impera’ yang diterapkan pihak penjajah (bangsa-bangsa Eropa) tadi.
Semua yang dialami pada masa-masa penjajahan tersebut menjadi catatan tersendiri akan betapa penting dan berharganya nilai persatuan dan kesatuan bagi tegak dan utuhnya Negara Republik Indonesia. Senjata, strategi perang yang jitu dan berbagai kesaktian serta kekuatan lainnya terbukti tak dapat mengantarkan  Indonesia menuju kemerdekaan bila tidak diiringi dengan semangat persatuan dan kesatuan. Kesadaran inilah yang kelak menjadi kekuatan utama dan terbesar dalam perjuangan bangsa kita hingga mencapai kemerdekaan.
Segenap komponen bangsa (terutama para pemuda) kemudian mengubah strategi perjuangan yang dilakukan. Maka terbentuklah sebuah organisasi yang disebut dengan Budi Utomo di mana kaum muda menjadikan pendidikan sebagai tambahan kekuatan guna melengkapi dan menyempurnakan semangat persatuan dan kesatuan itu demi meraih kemerdekaan yang dicita-citakan. Terbukti keduanya menyumbangkan kontribusi terbesar sehingga Indonesia merdeka terwujud menjadi nyata.(*)  

Penulis : Guru SMPN-2 Pegajahan, Serdang Bedagai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar