Pendidikan serta Semangat Persatuan dan Kesatuan
Mengantarkan Indonesia Meraih Kemerdekaan
Oleh : Drs. Halim Mansyur Siregar
Dari sejumlah negara di dunia bisa dikatakan Indonesia termasuk salah satu yang
potensi disintegrasinya menduduki posisi
tertinggi. Penyebabnya antara lain adalah keanekaragaman etnik, bahasa, agama, budaya
dan sebagainya. Kesenjangan (ketidakseimbangan) berbagai kelompok masyarakat
ini di bidang ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan lain-lainnya tentu saja
dapat menjadi ‘bom waktu’ yang siap meledak jika tidak diantisipasi secara
bijak.
Bahkan ancaman tersebut sebenarnya telah ada sejak negeri kita lahir
sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Baik dengan latar belakang
ideologis maupun atas dalih separatis.
Bagaimanapun sejarah telah membuktikan bahwa apabila kita terpecah belah
maka kita akan tetap menjadi bangsa yang terjajah. Jika jiwa dan semangat
persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia tidak kita miliki maka kita bakal kehilangan
kekuatan dan mudah diadu domba. Karenanya, persatuan dan kesatuan itu menjadi
sesuatu yang mutlak untuk dipertahankan. Singkat kata, agar menjadi bangsa yang
besar dan kuat serta disegani dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain maka kita
harus tetap bersatu padu. Semangat ‘Bhinneka
Tunggal Ika’ harus senantiasa terjaga. Salah satu upaya ke arah itu adalah
dengan mengenali dan mengenang kembali sejarah perjuangan bangsa kita di masa
lalu.
Di antara momen terpenting bersejarah tersebut ialah suatu hari yang kita
kenal dengan sebutan Hari Kebangkitan Nasional. Hari yang jatuh pada tanggal 20
Mei 1908 ini merupakan tonggak sejarah yang ditandai dengan tumbuhnya kembali
kesadaran berbangsa yang dilandasi oleh semangat persatuan dan kesatuan di
kalangan masyarakat Indonesia .
Dikatakan tumbuh kembali karena memang jauh sebelum itu sebenarnya kita sudah pernah merasakan hal serupa.
Proses panjang dimaksud sebetulnya telah dimulai sejak zaman Sriwijaya dan
Majapahit. Di era keemasannya kedua kerajaan ini memiliki wilayah pemerintahan
(kekuasaan) yang bahkan ada melewati
batas teritorial NKRI sekarang.
Dengan masuknya bangsa-bangsa Eropa, lambat laun kegemilangan itupun
menjadi sirna. Selanjutnya, masa-masa penderitaanlah yang datang menggantikan.
Tiada lain faktor utamanya adalah hampanya semangat persatuan dan kesatuan
akibat politik ‘devide et impera’ yang diterapkan pihak penjajah (bangsa-bangsa
Eropa) tadi.
Semua yang dialami pada masa-masa penjajahan tersebut menjadi catatan
tersendiri akan betapa penting dan berharganya nilai persatuan dan kesatuan
bagi tegak dan utuhnya Negara Republik Indonesia . Senjata, strategi perang
yang jitu dan berbagai kesaktian serta kekuatan lainnya terbukti tak dapat
mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan bila
tidak diiringi dengan semangat persatuan dan kesatuan. Kesadaran inilah yang
kelak menjadi kekuatan utama dan terbesar dalam perjuangan bangsa kita hingga
mencapai kemerdekaan.
Segenap komponen bangsa (terutama para pemuda) kemudian mengubah strategi
perjuangan yang dilakukan. Maka terbentuklah sebuah organisasi yang disebut
dengan Budi Utomo di mana kaum muda menjadikan pendidikan sebagai tambahan kekuatan guna melengkapi dan
menyempurnakan semangat persatuan dan kesatuan itu demi meraih kemerdekaan yang
dicita-citakan. Terbukti keduanya menyumbangkan kontribusi terbesar sehingga Indonesia
merdeka terwujud menjadi nyata.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar